Breaking News

Diduga Dikeroyok : ABK Kapal KM. Sinar Terang Meninggal Dunia

Sibolga | Mitramabesnews.id - Asilia Laia (40) terduduk lesu dan memendam sedih mendalam. Sesekali matanya memandang kosong. Belum lama ini, mendapati kabar sang Suami, Buulolo (41) meninggal dunia.

Duka berat yang ia alami, bukan hanya sebab kembalinya sang suami kepada sang khalik tapi, sebab kematiannya. Suaminya menghembuskan nafas terakhir, tidak lama setelah mengalami pengeroyokan dari 4 rekan kerjanya. 

Asilia menuturkan, suaminya itu bekerja sebagai Anak Buah Kapal (ABK) di kapal KM Sinar Terang. Beberapa waktu lalu, suaminya dan kapal yang dinahkodai Guntur Ismanto berlayar ke tengah lautan.

"Saat di tengah laut itulah kejadiannya, suami saya berkelahi, tepatnya ya dikeroyok empat orang," ucap Asilia.

Usai perkelahian itu, nahkoda kapal lantas memulangkan Buulolo dan 4 ABK lainnya. Nahkoda, pun melaporkan kejadian itu kepada Polairud Sibolga.

Diceritakan, empat pelaku pengeroyokan sempat ditahan pihak Polairud, atas laporan kepolisian yang dibuat pada tanggal 6 September.

Sementara itu, Buulolo sempat dirawat di rumah sakit, sebelum akhirnya meninggal, tepatnya 15 September 2024.

Sebelum kematian Buulolo, kasus tersebut sempat dimediasi anggota DPRD Sibolga, Jamil Zeb Tumori. Perdamaian pun dilakukan, dan keempat pelaku pengeroyokan dibebaskan.

Diduga Dikebumikan Dengan Cara tak Layak

Mendengar kabar kematian suaminya, Asilia menuturkan ia akhirnya kembali ke Sibolga.

"Saya datang dari Jakarta karena kerja disana. Ini ingin mencari keadilan terkait penganiayaan yang mengakibatkan suami saya meninggal dunia," ucap Asilia.

Setelah sampai di Sibolga, langsung mendatangi Nahkoda Kapal KM Sinar Terang, untuk mempertanyakan keberadaan suaminya dan juga mempertanyakan, kenapa tidak dikabari melalui telpon suaminya. 

"Namun, Nahkoda kapal menyampaikan bahwa suaminya telah meninggal dunia dan HP suaminya telah hilang," ujar Asilia Laia

Selain soal kematian sang suami, Asilia pun mengaku tidak terima dengan proses pengebumian suaminya itu. Jenazah Buulolo, dikebumikan di pekuburan muslim, padahal korban menganut agama Nasrani.

Tidak berhenti disitu, Asilia pun mengaku aneh, sebab saat berziarah ke makam suaminya, ia mengaku mencium aroma busuk.

"Saat ziarah saya masih mencium bau busuk, di areal pemakaman suami saya dan sepertinya kuburannya tidak terlalu dalam," tutur Asilia.

Asilia saat ini, meminta pendampingan pengacara dari Posbakum, Pengadilan Negeri Sibolga. Tepatnya, dari pengacara Parlaungan Silalahi.

Usia penunjukan itu, Asilia dan pengacaranya mendatangi Polairud Sibolga di komplek PPN Sibolga. Disana, mereka bertemu dengan Kasat Polairud, Syahrizal.

"Kedatangan kami dan isteri korban, terkait penganiayaan yang terjadi di kapal, dan mengakibatkan korban meninggal," ujar Parlaungan membuka pertemuan.

Parlaungan menjelaskan, pihaknya juga menyayangkan perdamaian antara korban dan pelaku. Menurutnya, perdamaian itu tergesa-gesa. Apalagi mengingat korban yang masih dalam perawatan di rumah sakit.

"Ini terlihat dari tanda tangan korban dengan sidik jari, satupun dari keluarga korban tidak ada yang menandatangani," pungkas Parlaungan.

Parlaungan juga menyoal isi surat perdamaian. Ia mengungkapkan, dalam surat perdamaian tertulis, kejadian tersebut terjadi akibat lego jangkar.

"Apa lebam-lebam yang ada di bagian wajah dan badan korban akibat lego jangkar," selidiknya.

Sementara itu, Kasat Polairud Sibolga, Syahrizal tidak membantah kasus tersebut telah diselesaikan dengan perdamaian.

Atas dasar perdamaian itu pula, 4 pelaku pengeroyokan dibebaskan pihaknya.

Jenazah Diminta di Autopsi

Usia pertemuan dengan Polairud, Parlaungan menegaskan akan mendesak kasus ini agar dibuka kembali. Para pelaku, menurut dia harus ditangkap kembali.

Ia juga menyebut, pihaknya menuntut dilakukannya autopsi terhadap jenazah korban.

"Harapan saya kiranya para tersangka ditangkap kembali, dan korban di otoupsi ulang," tegas Parlaungan diamini Asilia. (Elianus Warasi)
© Copyright 2022 - Mitra Mabes News